[img][/img]
Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD) adalah daftar klasifikasi medis yang dibuat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ini digunakan untuk mengklasifikasikan penyakit, cedera, dan kondisi kesehatan lainnya. ICD digunakan di banyak negara di seluruh dunia untuk berbagai tujuan, termasuk:
Administrasi layanan kesehatan: ICD digunakan untuk melacak kejadian dan prevalensi penyakit, serta memantau efektivitas intervensi layanan kesehatan.
Penelitian: ICD digunakan untuk mengidentifikasi dan mempelajari pola penyakit dan untuk membandingkan kesehatan berbagai populasi.
Pengodean: ICD digunakan untuk mengodekan diagnosis medis dan prosedur untuk tujuan penagihan.
Kesehatan masyarakat: ICD digunakan untuk melacak penyebaran penyakit dan mengidentifikasi faktor risiko penyakit.
ICD diperbarui secara berkala untuk mencerminkan pengetahuan medis baru dan untuk meningkatkan kegunaannya untuk tujuan ini. Versi ICD saat ini adalah ICD-10, yang dirilis pada tahun 1992. ICD-11, revisi kesebelas ICD, dirilis pada tahun 2018 dan saat ini sedang diterapkan di banyak negara di dunia.
Kode ICD adalah kode alfanumerik yang digunakan untuk mewakili penyakit, cedera, dan kondisi kesehatan lainnya. Kode ICD biasanya terdiri dari lima digit, tetapi dalam beberapa kasus kode tersebut bisa mencapai tujuh digit. Tiga digit pertama dari kode ICD mewakili kategori utama dari kondisi tersebut, sedangkan dua atau empat digit terakhir mewakili diagnosis spesifik.
Kode ICD digunakan oleh penyedia layanan kesehatan untuk mendokumentasikan diagnosis pasien dan untuk menagih layanan kesehatan. Kode ICD juga digunakan oleh para peneliti untuk mempelajari kejadian dan prevalensi penyakit, serta untuk membandingkan kesehatan populasi yang berbeda.
ICD adalah alat yang berharga untuk memahami dan mengelola kesehatan. Ini digunakan oleh penyedia layanan kesehatan, peneliti, dan pejabat kesehatan masyarakat di seluruh dunia untuk melacak insiden dan prevalensi penyakit, memantau efektivitas intervensi layanan kesehatan, dan mengidentifikasi faktor risiko penyakit.
Selain penggunaan tradisionalnya, kode ICD juga digunakan dengan cara baru dan inovatif untuk meningkatkan layanan kesehatan. Misalnya, kode ICD digunakan untuk mengembangkan pendekatan pengobatan yang dipersonalisasi yang dapat menyesuaikan pengobatan dengan masing-masing pasien. Kode ICD juga digunakan untuk meningkatkan kualitas perawatan dengan mengidentifikasi area yang dapat diperbaiki.
Seiring bertambahnya usia populasi dunia dan menjadi lebih beragam, kebutuhan akan data kesehatan yang akurat dan andal menjadi semakin penting. ICD adalah alat penting untuk memastikan bahwa kami memiliki data yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat tentang layanan kesehatan.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana kode ICD digunakan untuk meningkatkan layanan kesehatan:
Pengobatan yang dipersonalisasi: Kode ICD digunakan untuk mengembangkan pendekatan pengobatan yang dipersonalisasi yang dapat menyesuaikan pengobatan untuk masing-masing pasien. Misalnya, kode ICD dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko terkena penyakit tertentu, atau yang mungkin mendapat manfaat dari perawatan tertentu.
Peningkatan kualitas: Kode ICD digunakan untuk meningkatkan kualitas perawatan dengan mengidentifikasi area yang dapat ditingkatkan. Misalnya, kode ICD dapat digunakan untuk melacak tingkat komplikasi dan rawat inap kembali, atau untuk mengidentifikasi pasien yang tidak menerima perawatan pencegahan yang direkomendasikan.
Kesehatan masyarakat: Kode ICD digunakan untuk melacak penyebaran penyakit dan untuk mengidentifikasi faktor risiko penyakit. Misalnya, kode ICD dapat digunakan untuk melacak jumlah kasus penyakit tertentu, atau untuk mengidentifikasi daerah dengan tingkat penyakit yang tinggi.
ICD adalah alat yang berharga untuk memahami dan mengelola kesehatan. Ini digunakan oleh penyedia layanan kesehatan, peneliti, dan pejabat kesehatan masyarakat di seluruh dunia untuk melacak insiden dan prevalensi penyakit, memantau efektivitas intervensi layanan kesehatan, dan mengidentifikasi faktor risiko penyakit. Sumber: https://www.grit.web.id/